Rabu, 21 November 2012

SLPTT Kedelai



Rabu, 07 Nopember  2012
By : chuznia
SLPTT  KEDELAI

1.            PENDAHULUAN
Kementerian Pertanian optimis target swasembada kedelai pada 2014 bisa tercapai. Direktur Aneka Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Kementerian Pertanian, Maman Suherman, mengatakan, pemerintah sudah menyiapkan beberapa langkah untuk mencapai itu.

“Dengan kerja keras dan komitmen saya rasa pemerintah bisa mencapai target itu. Yang penting gerakan bersama, dari segi produksi ada kelancaran sarana produksi, lalu tata niaganya,” kata Maman ketika dihubungi Tempo, Senin, 22 Oktober 2012.


Kementerian Pertanian, kata dia, sudah menyiapkan tambahan areal tanam kedelai tahun depan seluas 250 ribu hektare di delapan provinsi. Provinsi yang sudah disiapkan adalah Provinsi Aceh, Sumatera Selatan, Banten, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.

Selain itu, lanjut Maman, pemerintah juga tengah menggenjot produktivitas tanaman kedelai dari rata-rata 1,37 ton per hektare menjadi 1,56 ton per hektare. Caranya, melalui bantuan paket teknologi sistem Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) yang akan dilakukan di lahan seluas 455 ribu hektare.

Berdasarkan angka ramalan (ARAM) I Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kedelai tahun ini diprediksi hanya 779,74 ribu ton dengan luas lahan 566.693 hektare.

Maman menambahkan, untuk menggenjot produksi, pemerintah juga perlu menetapkan harga pokok pembelian (HPP) kedelai. Kementerian Pertanian menilai HPP idealnya berada di kisaran Rp 7.200-7.500 per kilogram.

Menurut dia, hal ini bertujuan melindungi harga kedelai di tingkat petani saat panen. Dia menyatakan, jika tidak ada HPP, petani akan menanggung rugi dari setiap produksinya. Rata-rata harga kedelai di tingkat petani Rp 3.000-4.000 per kilogram, padahal biaya produksi minimal Rp 5.200 per kilogram.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka produksi kedelai tahun ini diperkirakan turun 8 persen. Rilis ini tercatat dalam Angka Ramalan II (ARAM II) 2012 yang diumumkan BPS berikut :

Produksi kedelai tahun ini berdasarkan ARAM II 2012 sebesar 783,16 ribu ton biji kering atau turun 68,13 ribu ton dibandingkan dengan pada tahun lalu. Kepala BPS Suryamin mengatakan, penurunan produksi ini terjadi di Jawa sebesar 34,06 ribu ton dan di luar Jawa sebesar 34,07 ribu ton.

"Penurunan produksi kedelai tahun ini yang relatif besar terdapat di Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara," kata Suryamin dalam konferensi persnya, di kantor BPS, Jakarta, Kamis, 1 Nopember 2012.
Faktor penurunan produksi kedelai yaitu akibat penurunan luas panen. BPS mencatat, tahun ini diperkirakan luas panen menyusut 8,32 persen atau turun 51,76 ribu hektare. Saat ini luas lahan kedelai 566.693 hektare.

"Luas panen turun karena memang kedelai ini perlu perlakuan khusus dari pemerintah, juga karena ada petani yang tidak minat tanam kedelai. Petani lebih memilih untung-rugi dalam menanam, sementara kebutuhan kedelai kita masih tinggi, terutama untuk tempe dan tahu," katanya.

Sedangkan produktivitas tanaman kedelai diperkirakan naik tipis sebesar 0,05 kuintal persen per hektare atau 0,37 persen. BPS, lanjut Suryamin, membagi angka penurunan produksi kedelai menjadi beberapa subround. Pada subround Januari-April 2012 produksi turun sebesar 34,93 ribu ton (14,04 persen), dan subround September-Desember sebesar 35,74 ribu ton (10,17 persen).

Sementara pada subround Mei-Agustus terjadi kenaikan produksi sebesar 2,55 ribu ton (1,01 persen). "Itu angka penurunan dibandingkan dengan produksi pada subround yang sama tahun 2011, atau year on year," Suryamin mengatakan.

Meskipun terjadi penurunan, BPS tetap mencatat adanya kenaikan produksi kedelai di sejumlah daerah. Kenaikan produksi kedelai tahun ini diperkirakan terdapat di Provinsi Jawa Tengah, Aceh, Yogyakarta, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur.

Tampak dari data BPS, setiap tahunnya produksi kedelai menurun. Pada 2009, produksi kedelai mencapai 974,51 ribu ton, 2010 turun menjadi 907,03 ribu ton, 2011 mengalami penurunan produksi menjadi 851,29 ribu ton, dan pada 2012 turun lagi menjadi 783,16 ribu ton.

Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Spudnik Sujono, mengatakan, seyogianya target roadmap produksi kedelai tahun ini adalah 1 juta ton. "Tapi memang lahan kedelai berkurang karena bersaing dengan jagung," kata Spudnik dalam kesempatan sama.

Meski demikian, Kementerian Pertanian optimistis tetap dapat merealisasikan swasembada kedelai 2014 dengan produksi sebesar 2,7 juta ton. Pasalnya, Kementerian Pertanian terus berupaya meningkatkan produksi tahun depan menjadi 1,5 juta ton.

Selain itu, lanjut Maman, pemerintah juga tengah menggenjot produktivitas tanaman kedelai dari rata-rata 1,37 ton per hektare menjadi 1,56 ton per hektare. Caranya, melalui bantuan paket teknologi sistem Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) yang akan dilakukan di lahan seluas 455 ribu hektare.

Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi kedelai yang mampu meningkatkan produktivitas antara lain varietas unggul kedelai. Agar berdaya guna dan berhasil guna, disusunlan panduan SL-PTT Kedelai ini untuk dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan berbagai institusi yang kompeten, baik di tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota maupun kecamatan dan bahkan tingkat desa.

Pada tahun 2012 SLPTT Kedelai Kecamatan Kalidawir dilaksanakan oleh 7 (tujuh) kelompok tani, yaitu : (1) POKTAN Jaya Abadi Desa Pakisaji, (2) POKTAN Sri Sedono Desa Salakkembang, (3) POKTAN Barokah Tani Desa Domasan, (4) POKTAN Berkah Tani dan (5) POKTAN Abdi Tani Desa Karangtalun, (6) POKTAN Lestari dan (7) POKTAN Tani Makmur Desa Kalidawir. Adapun varietas unggul benih kedelainya adalah Anjasmoro.

2.    PENGERTIAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU, KOMPONEN DAN RAKITAN TEKNOLOGI

Pengelolaan Tanaman Terpadu dan Sumber Daya secara terpadu atau sering disingkat Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah merupakan pendekatan yang holistik bersifat partisipatif yang menekankan pengalaman, keinginan dan kemampuan petani dalam menerapkan suatu teknologi dan disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi dan bukan merupakan suatu paket teknologi yang harus diterapkan petani di semua lokasi, namun penekanan pada pengelolaan tanaman, lahan, air dan OPT (organisme pengganggu tumbuhan) secara terpadu untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanaman secara berkelanjutan dengan mempertahankan sumber daya dan kemampuan yang ada.

PTT bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan teknologi yang cocok untuk kondisi setempat yang dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil serta menjaga kelestarian lingkungan.

Teknologi rekomendasi umum dengen pendekatan PTT Kedelai, maka rekomendasi tersebut harus lebih dijabarkan dan disesuaikan dengan kondisi setempat antara lain sebagai berikut :
TABEL REKOMENDASI TEKNOLOGI DENGAN PENDEKATAN PTT KEDELAI
No
Rekomendasi Umum
Rekomendasi Teknologi
Dengan Pendekatan PTT
1.
Menggunakan varietas unggul
-       Produktivitas tinggi
-       Varietas yang sesuai lingkungan setempat
-       Sesuai selera pasar
2.
Menggunakan benih bermutu/berlabel
Benih bermutu/berlabel
3.
Olah tanam sempurna
Pengolahan tanah sempurna atau TOT dan
Atau sesuai keperluan lingkungan
4.
Populasi tanaman 160.000–250.000/ha
Populasi tanaman minimal 200.000/ha atau
Disesuaikan dengan kondisi setempat
5.
Dosis pemupukan umum : 50kg urea;
100kg SP36 dan 50kg KCL
Sesuai dengan analisis tanah atau kebutuhan tanaman
6.
Pengairan tanaman kedelai secara efektif dan efisien sesuai kondisi tanah
Penyiraman dilakukan pada saat pertumbuhan dan pengisian polong dengan cara di-leb (kapasitas lapang)
7.
Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu
-       Menggunakan komponen PHT secara tepat sesuai kebutuhan
-       Pemberian pestisida secara bijaksana
8.
Pengendalian gulma secara baik
-       Melakukan penyiangan dan pembumbunan
-       Menggunakan herbisida secara selektif
9.
Pemupukan bahan organic
Pemberian bahan organik sesuai kebutuhan
10.
Penanganan panen dan pasca panen
-       Panen secara tepat, polong kedelai warna coklat
-       Kadar air 11%
-       Perontokan dengan tresher
-       Pengeringan dengan sinar matahari & dryer


-        
3.          KOORDINASI DAN MEKANISME PELAKSANAAN SLPTT  KEDELAI

Pengembangan kedelai melalui pendekatan PTT didasarkan kepada potensi,
kendala, dan peluang di wilayah setempat, yang dapat diketahui melalui PRA (Participatory Rural Appraisal) atau penelaahan partisipatif dalam waktu singkat. Pelaksanaan PRA dilakukan oleh suatu tim yang terdiri atas berbagai disiplin ilmu agar dapat teridentifikasi potensi, kendala, dan peluang pengembangan PTT kedelai secara menyeluruh.

Langkah pertama : PRA dimaksudkan agar masalah yang dihadapi petani dapat diketahui dan dipahami untuk dipecahkan secara bersama. Melalui PRA dapat
diketahui keinginan dan harapan petani, sekaligus karakteristik lingkungan biofisik, kondisi sosial-ekonomi dan budaya masyarakat setempat dan sekitarnya.

            Langkah kedua, adalah : menyusun komponen teknologi yang sesuai dengan karakteristik daerah pengembangan dan diharapkan dapatmemecahkan masalah di daerah tersebut. Komponen teknologi yang akan diterapkan bersifat dinamis karena akan mengalami perbaikan dan perubahan, sesuai dengan perkembangan inovasi teknologi dan keinginan petani dan masyarakat setempat.

Langkah ketiga, adalah : menerapkan komponen teknologi utama PTT yang bersifat spesifik lokasi pada hamparan yang luas, misalnya 50-100 ha. Bersamaan dengan itu didemonstrasikan komponen teknologi alternatif pada lahan seluas sekitar 1 ha dalam bentuk super impose atau petak percontohan (LL PTT), sebagai sarana pelatihan bagi petani atau petugas lapang. Komponen teknologi alternatif ini dipersiapkan untuk mengganti atau mensubtitusi komponen teknologi yang dinilai kurang sesuai.
Lahan petani yang digunakan untuk PTT disebut SL-PTT. Satu unit areal SL-PTT terdiri atas 10 ha lahan milik petani peserta SL-PTT (gambar 1). Untuk setiap unit areal SL-PTT dipilih lahan seluas 1 ha untuk laboratorium lapang atau areal percontohan bagi petani peserta SL-PTT dengan pendampingan PPL dan PHP. Untuk laboratorium lapang disediakan bantuan sarana produksi berupa benih unggul bermutu dan pupuk. Bagi petani di areal SL-PTT dijamin ketersediaan sarana produksi dan pemasaran hasil melalui kemitraan.

Laboratorium lapang diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai media percepatan alih teknologi melalui interaksi antara petani peserta SL_PTT dengan petani nonpeserta SL-PTT. Agar mudah dan cepat terlihat, laboratorium lapang hendaknya menempati lokasi yang strategis di areal SL-PTT.
Tiap unit SL-PTT terdiri atas petani peserta yang bersal dari satu kelompok tani yang sama. Berikutnya ditetapkan seorang ketua yang bertugas mengkoordinasikan aktivitas anggota kelompok, seorang sekretaris yang bertugas sebagai pencatat dalam setiap pertemuan dan seorang bendahara yang bertugas mengelola keuangan. Dalam rangka kelangsungan dinamika kelompok dalam kelas SL-PTT, perlu diusahakan minimal satu orang dari kelompok tani sebagai motivator yang responsive terhadap inovasi dan mendorong anggota kelompok lainnya untuk memberikan pandangan yang sama. Petani peserta SL-PTT mengadakan pengamatan bersama-sama dipetak percontohan atau LL-PTT, mendiskripsikan, dan membahas berbagai temuan dilapangan. Pemandu lapang berperan sebagai fasilitator dalam mengarahkan diskusi kelompok.

Petani peserta SL-PTT dituntut untuk senantiasa mengikuti semua tahapan kegiatan dilapangan dan mengaplikasikan komponen teknologi spesifik lokasi, mulai dari pengolahan tanah dan budidaya hingga panen dan pascapanen. Dalam melakukan kegiatan dilapangan, petani peserta bekerja sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah diterapkan baik di LL maupun dilahan usahatani.

Agar SL-PTT dapat berdaya guna dan berhasil guna, maka diperlukan :
a.       Pemandu yang memahami potensi, masalah, kebutuhan dan kekuatan yang ada di lapangan/desa.
b.  Dinamisator yang mampu menghidupkan suasana bagi peserta sehingga terdorong untuk mengikuti pelatihan.
c.    Motivator yang kaya dengan pengalaman usahatani dan dapat membangkitkan kepercayaan diri para peserta.
d.      Konsultan bagi petani peserta sehingga memudahkan mereka menentukan langkah yang akan ditempuh setelah SL-PTT selesai.
e.    Petugas yang mahir membuat laporan pelaksanaan SL-PTT baik laporan awal dan bulanan maupun laporan akhir kegiatan.

4.            PENUTUP
Peluang peningkatan produksi kedelai dalam negeri masih terbuka lebar dengan adanya potensi lahan sangat besar antara lain dengan optimalisasi lahan dan peningkatan Indeks Pertanaman (IP) di lahan sawah dan perluasan areal tanam di lahan kering. Disamping itu, adanya peluang peningkatan produktivitas yang besar dengan adanya varietas dan teknologi yang dapat mencapai produktivitas tinggi (diatas 2 ton/ha).

Swasembada kedelai 2014 optimis dapat kita raih bila ada dukungan dari seluruh stakeholder dan terpenuhinya semua kebutuhan untuk menunjang pancapaian program, lancarnya akses permodalan, penerapan teknologi, anggaran yang memadai, pemantaban penyediaan sarana produksi, pemantaban sistem perbenihan/jabal kedelai, pupuk (anorganik dan bio-hayati, pestisida, pengapuran, alsin, dll) serta pembinaan/monitoring dan evaluasi kegiatan. Untuk mendorong peningkatan produksi, maka pelaksanaan SL-PTT Kedelai perlu terus didukung oleh seluruh stokeholders.

PTT bukan paket teknologi, tetapi merupakan pendekatan dalam budi daya yang mengutamakan pengelolaan tanaman, lahan, air, dan OPT secara terpadu, dalam upaya peningkatan produktivitas, efisiensi usahatani, dan kelestarian lingkungan. Komponen teknologi yang diterapkan dengan pendekatan PTT memiliki hubungan sinergestik antara yang satu dengan yang lain dan bersifat spesifik lokasi yang ditentukan berdasarkan PRA (Rural Rapid Appraisal) atau penelaahan partisipatif dalam waktu singkat yang dilakukan oleh suatu tim dengan berbagai disiplin ilmu, sehingga komponen teknologi yang akan diterapkan harus disesuaikan dengan dinamika kondisi lingkungan. Komponen teknologi yang diterapkan dengan pendekatan PTT perlu mendapat perbaikan secara terus-menerus, sesuai dengan dinamika kondisi lingkungan setempat.

Berbeda dengan program intensifikasi, teknologi PTT bersifat spesifik lokasi dan diterapkan secara partisipatif. Selama ini, dalam penerapan PTT, petani dan petugas bersama-sama ke lapangan untuk mengidentifikasi permasalahan dan memilih komponen teknologi yang akan diterapkan untuk memecahkan permasalahan tersebut, sesuai dengan keinginan petani dan kondisi lingkungan setempat. Bimbingan dan pendampingan secara intensif oleh pihak yang kompeten diperlukan agar petani dapat menerapkan PTT dengan benar.

Melalui SL-PTT Kedelai pada tahun 2012 diharapkan akan dicapai produksi kedelai sebesar diatas 2 ton/ha tersebar di 7 (tujuh) kelompok tani Kecamatan Kalidawir dari Desa Pakisaji, Salakkembang, Domasan, Karangtalun dan Kalidawir.

Untuk menambah pengalaman dan wawasan, para pemandu SL-PTT disarankan membaca publikasi yang terkait dengan PTT, seperti petunjuk teknis PTT Kedelai, deskripsi varietas kedelai dan masalah hama/penyakit serta hara kedelai yang diterbitkan oleh Balitkabi maupun institusi kompeten lainnya.

5.            BAHAN BACAAN
Deptan, Dirjen Tanaman Pangan.2007.Percepatan Bangkit Kedelai.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementan Republik Indonesia.go.id
Tempo.com.Produksi Kedelai tahun ini turun 8 persen. Jakarta 1 Nopember 2012
Tempo.com.Kejar Swasembada,disiapkan lahan kedelai baru.Jkt 22 Okt 2012
SL-PTT Kedelai Kelompoktani Kec.Kalidawir.DIPERTA Tulungagung,2012

6.            FOTO DARI LAPANG (DOKUMENTASI KEGIATAN)
     Gambar 1. Pengamatan agroekosistem di lahan petani masing-masing
          Gambar 2. Pengamatan pada petak Laboratorium Lapang Kedelai
     Gambar 3. Diskusi Kelompok Keadaan agroekosistem SL-PTT Kedelai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar