Bawang merah (Allium ascalonicum)
merupakan tanaman semusim yang banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan bawang merah semakin meningkat karena hampir semua masakan
membutuhkan komoditas ini. Tanaman ini dapat diandalkan sebagai sumber
penghasilan petani, pendapatan negara, penyumbang keanekaragaman bahan pangan
serta kecukupan gizi.
Syarat tumbuh
Bawang merah dapat tumbuh dan
beradaptasi dengan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi hingga sekitar
1000 m di atas permukaan laut (dpl). Namun demikian, produksi terbaik umumnya
diperoleh di dataran rendah yang didukung oleh iklim yang ideal, meliputi :
suhu udara berkisar 25 – 32 derajad celcius, kondisi cuaca kering dan tempat
terbuka dengan penyinaran sekitar 75%.
Persyaratan tanah untuk bawang merah
adalah : subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang
paling baik yakitu lempung berpasir atau lempung berdebu, pH tanah 5,5 – 6,5,
dan drainase serta aerasi tanah baik.
Pemilihan bibit
Bibit merupakan salah satu
persyaratan teknik budidaya yang menentukan keberhasilan usahatani, termasuk
usahatani bawang merah. Syarat-syarat bibit yang baik adalah : (a) sudah cukup
tua (dipanen sekitar 70 hari) dan telah melalui masa penyimpanan selama 60-90
hari, (b) bila umbi dipotong 1/3 bagian, titik tumbuh nampak berwarna hijau,
(c) ukuran umbi sedang (3-4 gram/umbi), (d) bernas, kulit umbi mengkilap dan
tidak luka. Kebutuhan bibit sekitar 800 -1200 kg/ha.
Pengolahan
lahan
Cara
pengolahan tanah sangat menentukan produksi bawang merah. Untuk itu pengolahan
tanah harus dilakukan sebaik mungkin. Pengolahan tanah ini meliputi 3 tahap
yaitu Persiapan lahan, Pembuatan bedengan dan Pemupukan dasar. Berikut
penjelasannya :
- Persiapan lahan dilakukan dengan cara membersihkan gulma dan menggemburkan tanah, penggemburan tanah kurang lebih sedalam 25-30 cm. Kemudian dilakukan pengecekan pH tanah, apabila pH kurang dari 5,6 sebaiknya dilakukan pengapuran menggunakan Kaptan atau Dolomit dengan dosis 1-1,5 ton/ha. Pengapuran dilakukan minimal 2 minggu sebelum tanam.
- Pembuatan bedengan disesuaikan dengan kebutuhan. Bedengan biasanya dibuat dengan ukuran 1,5-1,75 m, diantara bedengan dibuat parit dengan ukuran 0,5 m dan kedalaman 0,5 m. Penaman tanpa menggunakan bedengan tidak disarankan, dikarenakan resiko genangan air yang mengakibatkan pertumbuhan negatif dan menimbulkan penyakit.
- Pemupukan dilakuka satu minggu sebelum penanaman menggunakan pupuk kandang dengan dosis 15-20 ton/ha atau 5-10 ton/ha kompos matang ditambah 200 kg/ha TSP. atau dapat juga menggunakan pupuk NPK (15-15-15) dosis ± 200 kg/ha.
Penanaman
Siapkan
benih atau umbi bawang merah yang siap tanam. Apabila umur umbi masih kurang
dari 2 bulan, lakukan pemogesan terlebih dahulu. Pemogesan adalah pemotongan
bagian ujung umbi, sekitar 0,5 cm. Fungsinya untuk memecahkan masa dorman dan
mempercepat tumbuhnya tananaman.
Jarak
tanam untuk budidaya bawang merah pada saat musim kemarau dipadatkan hingga
15×15 cm. Sedangkan pada musim hujan setidaknya dibuat hingga 20×20 cm. Benih
bawang merah ditanam dengan cara membenamkan seluruh bagian umbi kedalam tanah.
Perawatan tanaman
Penyiraman
pada budidaya bawang merah hendaknya dilakukan sehari dua kali setiap pagi dan
sore. Setidaknya hingga tanaman berumur 10 hari. Setelah itu, frekuensi
penyiraman bisa dikurangi hingga satu hari sekali dilakukan pada pagi hari.
Cara
penyiraman lainnya yakni cara ”leb” (memasukkan air ke bedengan hingga merata).
Apabila digunakan cara ini (”leb”), sebaiknya dilakukan setelah tanaman berumur
lebih dari 10 hari. Pengairan secara ”leb” dapat dilakukan setiap 3 -4
hari sekali. Penyiangan pada budidaya bawang merah sebaiknya dilakukan 2 kali
yakni pada saat tanaman berumur 10 -15 hari dan 28 – 35 hari (sebelum pemupukan
susulan). Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma di sekitar tanaman.
Pemupukan
Anjuran
pemupukan secara umum untuk bawang merah adalah sebagai berikut : (a) pupuk
dasar berupa pupuk kandang matang (siap digunakan) sebanyak 10 t/ha, (b) pupuk
Urea, SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak 100 kg, 150-200 kg, dan 200 kg per
hektar, diberikan secara larikan pada saat tanam, (c) pemupukan susulan
dilakukan pada saat tanaman berumur 35 hari yakni Urea sebanyak 100 -150 kg/ha,
diberikan secara larikan.
Pengendalian hama dan penyakit
Budidaya
bawang merah mempunyai banyak jenis hama dan penyakit. Namun yang paling sering
menyerang di sentra-sentra produksi adalah hama ulat dan penyakit layu.
Hama
ulat (Spodoptera sp.) menyerang daun, gejalanya terlihat bercak putih
pada daun. Bila daun diteropong terlihat seperti gigitan ulat. Hama ini
ditanggulangi dengan pemungutan manual, ulat dan telur diambil untuk
dimusnahkan. Bisa juga dengan menggunakan feromon sex perangkap, gunakan
sebanyak 40 buah per hektar. Bila serangan menghebat, kerusakan lebih dari 5%
per rumpun daun, semprot dengan insektisida yang berbahan aktif klorfirifos.
Penyakit
layu fusarium, disebabkan oleh cendawan. Gejalanya daun menguning dan seperti
terpilin. Bagian pangkal batang membusuk. Penanganannya dengan mencabut tanaman
yang mati kemudian membakarnya. Penyemprotan bisa menggunakan fungsidia.
Panen
Ciri-ciri
budidaya bawang merah siap panen apabila 60-70% daun sudah mulai rebah. Atau,
lakukan pemeriksaan umbi secara acak. Khusus untuk pembenihan umbi, tingkat
kerebahan harus mencapai lebih dari 90%.
bawang
merah biasanya sudah bisa dipanen setelah 55-70 hari sejak tanam. Produktivitas
bawang merah dangat bervariasi tergantung dari kondisi lahan, iklim, cuaca dan
varietas. Di Indonesia, produktivitas budidaya bawang merah berkisar 3-12 ton
per hektar dengan rata-rata nasional 9,47 ton per hektar.
Umbi
bawang merah yang telah dipanen harus dikeringkan terlebih dahulu. Penjemuran
penjemuran bisa berlangsung hingga 7-14 hari. Pembalikan dilakuan setiap 2-3
hari. Bawang yang telah kering, kadar air 85%, siap untuk disimpan atau
dipasarkan.Sumber :
·
http://suksesbercocok-tanam.blogspot.com/2012/12/pedoman-singkat-budidaya-bawang-merah.html
·
Tidak ada komentar:
Posting Komentar