Rabu, 07 Nopember 2012
By
: chuznia
SLPTT KEDELAI
1.
PENDAHULUAN
Kementerian
Pertanian optimis target swasembada kedelai pada 2014 bisa tercapai. Direktur
Aneka Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Kementerian Pertanian, Maman Suherman,
mengatakan, pemerintah sudah menyiapkan beberapa langkah untuk mencapai itu.
“Dengan kerja keras dan komitmen saya rasa pemerintah bisa mencapai target itu. Yang penting gerakan bersama, dari segi produksi ada kelancaran sarana produksi, lalu tata niaganya,” kata Maman ketika dihubungi Tempo, Senin, 22 Oktober 2012.
Kementerian Pertanian, kata dia, sudah menyiapkan tambahan areal tanam kedelai tahun depan seluas 250 ribu hektare di delapan provinsi. Provinsi yang sudah disiapkan adalah Provinsi Aceh, Sumatera Selatan, Banten, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.
Selain itu, lanjut Maman, pemerintah juga tengah menggenjot produktivitas tanaman kedelai dari rata-rata 1,37 ton per hektare menjadi 1,56 ton per hektare. Caranya, melalui bantuan paket teknologi sistem Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) yang akan dilakukan di lahan seluas 455 ribu hektare.
Berdasarkan angka ramalan (ARAM) I Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kedelai tahun ini diprediksi hanya 779,74 ribu ton dengan luas lahan 566.693 hektare.
Maman menambahkan, untuk menggenjot produksi, pemerintah juga perlu menetapkan harga pokok pembelian (HPP) kedelai. Kementerian Pertanian menilai HPP idealnya berada di kisaran Rp 7.200-7.500 per kilogram.
Menurut dia, hal ini bertujuan melindungi harga kedelai di tingkat petani saat panen. Dia menyatakan, jika tidak ada HPP, petani akan menanggung rugi dari setiap produksinya. Rata-rata harga kedelai di tingkat petani Rp 3.000-4.000 per kilogram, padahal biaya produksi minimal Rp 5.200 per kilogram.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka produksi kedelai
tahun ini diperkirakan turun 8 persen. Rilis ini tercatat dalam Angka Ramalan
II (ARAM II) 2012 yang diumumkan BPS berikut :
Produksi kedelai tahun ini berdasarkan ARAM II 2012 sebesar 783,16 ribu ton biji kering atau turun 68,13 ribu ton dibandingkan dengan pada tahun lalu. Kepala BPS Suryamin mengatakan, penurunan produksi ini terjadi di Jawa sebesar 34,06 ribu ton dan di luar Jawa sebesar 34,07 ribu ton.
"Penurunan produksi kedelai tahun ini yang relatif besar terdapat di Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara," kata Suryamin dalam konferensi persnya, di kantor BPS, Jakarta, Kamis, 1 Nopember 2012.
Faktor
penurunan produksi kedelai yaitu akibat penurunan luas panen. BPS mencatat,
tahun ini diperkirakan luas panen menyusut 8,32 persen atau turun 51,76 ribu
hektare. Saat ini luas lahan kedelai 566.693 hektare.
"Luas panen turun karena memang kedelai ini perlu perlakuan khusus dari pemerintah, juga karena ada petani yang tidak minat tanam kedelai. Petani lebih memilih untung-rugi dalam menanam, sementara kebutuhan kedelai kita masih tinggi, terutama untuk tempe dan tahu," katanya.
Sedangkan produktivitas tanaman kedelai diperkirakan naik tipis sebesar 0,05 kuintal persen per hektare atau 0,37 persen. BPS, lanjut Suryamin, membagi angka penurunan produksi kedelai menjadi beberapa subround. Pada subround Januari-April 2012 produksi turun sebesar 34,93 ribu ton (14,04 persen), dan subround September-Desember sebesar 35,74 ribu ton (10,17 persen).
Sementara pada subround Mei-Agustus terjadi kenaikan produksi sebesar 2,55 ribu ton (1,01 persen). "Itu angka penurunan dibandingkan dengan produksi pada subround yang sama tahun 2011, atau year on year," Suryamin mengatakan.
Meskipun terjadi penurunan, BPS tetap mencatat adanya kenaikan produksi kedelai di sejumlah daerah. Kenaikan produksi kedelai tahun ini diperkirakan terdapat di Provinsi Jawa Tengah, Aceh, Yogyakarta, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur.
Tampak dari data BPS, setiap tahunnya produksi kedelai menurun. Pada 2009, produksi kedelai mencapai 974,51 ribu ton, 2010 turun menjadi 907,03 ribu ton, 2011 mengalami penurunan produksi menjadi 851,29 ribu ton, dan pada 2012 turun lagi menjadi 783,16 ribu ton.
Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Spudnik Sujono, mengatakan, seyogianya target roadmap produksi kedelai tahun ini adalah 1 juta ton. "Tapi memang lahan kedelai berkurang karena bersaing dengan jagung," kata Spudnik dalam kesempatan sama.
Meski demikian, Kementerian Pertanian optimistis tetap dapat merealisasikan swasembada kedelai 2014 dengan produksi sebesar 2,7 juta ton. Pasalnya, Kementerian Pertanian terus berupaya meningkatkan produksi tahun depan menjadi 1,5 juta ton.
Selain itu, lanjut Maman, pemerintah juga tengah menggenjot produktivitas tanaman kedelai dari rata-rata 1,37 ton per hektare menjadi 1,56 ton per hektare. Caranya, melalui bantuan paket teknologi sistem Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) yang akan dilakukan di lahan seluas 455 ribu hektare.
Badan
Litbang Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia telah menghasilkan
berbagai inovasi teknologi kedelai yang mampu meningkatkan produktivitas antara
lain varietas unggul kedelai. Agar berdaya guna dan berhasil guna, disusunlan
panduan SL-PTT Kedelai ini untuk dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai institusi yang kompeten, baik di tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota
maupun kecamatan dan bahkan tingkat desa.
Pada
tahun 2012 SLPTT Kedelai Kecamatan Kalidawir dilaksanakan oleh 7 (tujuh)
kelompok tani, yaitu : (1) POKTAN Jaya Abadi Desa Pakisaji, (2) POKTAN Sri
Sedono Desa Salakkembang, (3) POKTAN Barokah Tani Desa Domasan, (4) POKTAN
Berkah Tani dan (5) POKTAN Abdi Tani Desa Karangtalun, (6) POKTAN Lestari dan
(7) POKTAN Tani Makmur Desa Kalidawir. Adapun varietas unggul benih kedelainya
adalah Anjasmoro.
2.
PENGERTIAN
PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU, KOMPONEN DAN RAKITAN TEKNOLOGI
Pengelolaan
Tanaman Terpadu dan Sumber Daya secara terpadu atau sering disingkat
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah merupakan pendekatan yang holistik
bersifat partisipatif yang menekankan pengalaman, keinginan dan kemampuan petani
dalam menerapkan suatu teknologi dan disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi
dan bukan merupakan suatu paket teknologi yang harus diterapkan petani di semua
lokasi, namun penekanan pada pengelolaan tanaman, lahan, air dan OPT (organisme
pengganggu tumbuhan) secara terpadu untuk mempertahankan dan meningkatkan
produktivitas tanaman secara berkelanjutan dengan mempertahankan sumber daya
dan kemampuan yang ada.
PTT bertujuan
untuk meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan teknologi yang cocok
untuk kondisi setempat yang dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil
serta menjaga kelestarian lingkungan.
Teknologi
rekomendasi umum dengen pendekatan PTT Kedelai, maka rekomendasi tersebut harus
lebih dijabarkan dan disesuaikan dengan kondisi setempat antara lain sebagai
berikut :
TABEL REKOMENDASI TEKNOLOGI DENGAN PENDEKATAN PTT KEDELAI
No
|
Rekomendasi Umum
|
Rekomendasi Teknologi
Dengan Pendekatan PTT
|
1.
|
Menggunakan varietas unggul
|
-
Produktivitas tinggi
-
Varietas yang sesuai lingkungan setempat
-
Sesuai selera pasar
|
2.
|
Menggunakan benih bermutu/berlabel
|
Benih bermutu/berlabel
|
3.
|
Olah tanam sempurna
|
Pengolahan tanah sempurna atau TOT dan
Atau sesuai keperluan lingkungan
|
4.
|
Populasi tanaman 160.000–250.000/ha
|
Populasi tanaman minimal 200.000/ha atau
Disesuaikan dengan kondisi setempat
|
5.
|
Dosis pemupukan umum : 50kg urea;
100kg SP36 dan 50kg KCL
|
Sesuai dengan analisis tanah atau kebutuhan
tanaman
|
6.
|
Pengairan tanaman kedelai secara efektif dan
efisien sesuai kondisi tanah
|
Penyiraman dilakukan pada saat pertumbuhan dan
pengisian polong dengan cara di-leb (kapasitas
lapang)
|
7.
|
Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu
|
-
Menggunakan komponen PHT secara tepat sesuai
kebutuhan
-
Pemberian pestisida secara bijaksana
|
8.
|
Pengendalian gulma secara baik
|
-
Melakukan penyiangan dan pembumbunan
-
Menggunakan herbisida secara selektif
|
9.
|
Pemupukan bahan organic
|
Pemberian bahan organik sesuai kebutuhan
|
10.
|
Penanganan panen dan pasca panen
|
-
Panen secara tepat, polong kedelai warna coklat
-
Kadar air 11%
-
Perontokan dengan tresher
-
Pengeringan dengan sinar matahari & dryer
|
-
|
3.
KOORDINASI DAN
MEKANISME PELAKSANAAN SLPTT KEDELAI
Pengembangan kedelai melalui
pendekatan PTT didasarkan kepada potensi,
kendala, dan peluang di wilayah setempat, yang dapat diketahui melalui PRA (Participatory Rural Appraisal) atau penelaahan partisipatif dalam waktu singkat. Pelaksanaan PRA dilakukan oleh suatu tim yang terdiri atas berbagai disiplin ilmu agar dapat teridentifikasi potensi, kendala, dan peluang pengembangan PTT kedelai secara menyeluruh.
kendala, dan peluang di wilayah setempat, yang dapat diketahui melalui PRA (Participatory Rural Appraisal) atau penelaahan partisipatif dalam waktu singkat. Pelaksanaan PRA dilakukan oleh suatu tim yang terdiri atas berbagai disiplin ilmu agar dapat teridentifikasi potensi, kendala, dan peluang pengembangan PTT kedelai secara menyeluruh.
Langkah pertama : PRA dimaksudkan
agar masalah yang dihadapi petani dapat diketahui dan dipahami untuk dipecahkan
secara bersama. Melalui PRA dapat
diketahui keinginan dan harapan petani, sekaligus karakteristik lingkungan biofisik, kondisi sosial-ekonomi dan budaya masyarakat setempat dan sekitarnya.
diketahui keinginan dan harapan petani, sekaligus karakteristik lingkungan biofisik, kondisi sosial-ekonomi dan budaya masyarakat setempat dan sekitarnya.
Langkah kedua, adalah : menyusun
komponen teknologi yang sesuai dengan karakteristik daerah pengembangan dan
diharapkan dapatmemecahkan masalah di daerah tersebut. Komponen teknologi yang
akan diterapkan bersifat dinamis karena akan mengalami perbaikan dan perubahan,
sesuai dengan perkembangan inovasi teknologi dan keinginan petani dan
masyarakat setempat.
Langkah ketiga,
adalah : menerapkan komponen teknologi utama PTT yang bersifat spesifik lokasi
pada hamparan yang luas, misalnya 50-100 ha. Bersamaan dengan itu didemonstrasikan
komponen teknologi alternatif pada lahan seluas sekitar 1 ha dalam bentuk super impose atau petak percontohan (LL
PTT), sebagai sarana pelatihan bagi petani atau petugas lapang. Komponen
teknologi alternatif ini dipersiapkan untuk mengganti atau mensubtitusi
komponen teknologi yang dinilai kurang sesuai.
Lahan petani
yang digunakan untuk PTT disebut SL-PTT. Satu unit areal SL-PTT terdiri atas 10
ha lahan milik petani peserta SL-PTT (gambar 1). Untuk setiap unit areal SL-PTT
dipilih lahan seluas 1 ha untuk laboratorium lapang atau areal percontohan bagi
petani peserta SL-PTT dengan pendampingan PPL dan PHP. Untuk laboratorium
lapang disediakan bantuan sarana produksi berupa benih unggul bermutu dan
pupuk. Bagi petani di areal SL-PTT dijamin ketersediaan sarana produksi dan
pemasaran hasil melalui kemitraan.
Laboratorium
lapang diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai media percepatan alih teknologi
melalui interaksi antara petani peserta SL_PTT dengan petani nonpeserta SL-PTT.
Agar mudah dan cepat terlihat, laboratorium lapang hendaknya menempati lokasi
yang strategis di areal SL-PTT.
Tiap unit SL-PTT
terdiri atas petani peserta yang bersal dari satu kelompok tani yang sama. Berikutnya
ditetapkan seorang ketua yang bertugas mengkoordinasikan aktivitas anggota
kelompok, seorang sekretaris yang bertugas sebagai pencatat dalam setiap
pertemuan dan seorang bendahara yang bertugas mengelola keuangan. Dalam rangka
kelangsungan dinamika kelompok dalam kelas SL-PTT, perlu diusahakan minimal
satu orang dari kelompok tani sebagai motivator yang responsive terhadap
inovasi dan mendorong anggota kelompok lainnya untuk memberikan pandangan yang
sama. Petani peserta SL-PTT mengadakan pengamatan bersama-sama dipetak
percontohan atau LL-PTT, mendiskripsikan, dan membahas berbagai temuan
dilapangan. Pemandu lapang berperan sebagai fasilitator dalam mengarahkan
diskusi kelompok.
Petani peserta
SL-PTT dituntut untuk senantiasa mengikuti semua tahapan kegiatan dilapangan
dan mengaplikasikan komponen teknologi spesifik lokasi, mulai dari pengolahan
tanah dan budidaya hingga panen dan pascapanen. Dalam melakukan kegiatan
dilapangan, petani peserta bekerja sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah diterapkan
baik di LL maupun dilahan usahatani.
Agar SL-PTT dapat
berdaya guna dan berhasil guna, maka diperlukan :
a.
Pemandu
yang memahami potensi, masalah, kebutuhan dan kekuatan yang ada di
lapangan/desa.
b. Dinamisator
yang mampu menghidupkan suasana bagi peserta sehingga terdorong untuk mengikuti
pelatihan.
c. Motivator
yang kaya dengan pengalaman usahatani dan dapat membangkitkan kepercayaan diri
para peserta.
d.
Konsultan
bagi petani peserta sehingga memudahkan mereka menentukan langkah yang akan
ditempuh setelah SL-PTT selesai.
e. Petugas
yang mahir membuat laporan pelaksanaan SL-PTT baik laporan awal dan bulanan
maupun laporan akhir kegiatan.
4.
PENUTUP
Peluang peningkatan produksi kedelai
dalam negeri masih terbuka lebar dengan adanya potensi lahan sangat besar antara
lain dengan optimalisasi lahan dan peningkatan Indeks Pertanaman (IP) di lahan
sawah dan perluasan areal tanam di lahan kering. Disamping itu, adanya peluang
peningkatan produktivitas yang besar dengan adanya varietas dan teknologi yang
dapat mencapai produktivitas tinggi (diatas 2 ton/ha).
Swasembada kedelai 2014 optimis
dapat kita raih bila ada dukungan dari seluruh stakeholder dan terpenuhinya
semua kebutuhan untuk menunjang pancapaian program, lancarnya akses permodalan,
penerapan teknologi, anggaran yang memadai, pemantaban penyediaan sarana
produksi, pemantaban sistem perbenihan/jabal kedelai, pupuk (anorganik dan
bio-hayati, pestisida, pengapuran, alsin, dll) serta pembinaan/monitoring dan
evaluasi kegiatan. Untuk mendorong peningkatan produksi, maka pelaksanaan
SL-PTT Kedelai perlu terus didukung oleh seluruh stokeholders.
PTT bukan paket teknologi, tetapi
merupakan pendekatan dalam budi daya yang mengutamakan pengelolaan tanaman,
lahan, air, dan OPT secara terpadu, dalam upaya peningkatan produktivitas,
efisiensi usahatani, dan kelestarian lingkungan. Komponen teknologi yang
diterapkan dengan pendekatan PTT memiliki hubungan sinergestik antara yang satu
dengan yang lain dan bersifat spesifik lokasi yang ditentukan berdasarkan PRA (Rural Rapid Appraisal) atau penelaahan
partisipatif dalam waktu singkat yang dilakukan oleh suatu tim dengan berbagai
disiplin ilmu, sehingga komponen teknologi yang akan diterapkan harus
disesuaikan dengan dinamika kondisi lingkungan. Komponen teknologi yang
diterapkan dengan pendekatan PTT perlu mendapat perbaikan secara terus-menerus,
sesuai dengan dinamika kondisi lingkungan setempat.
Berbeda dengan program intensifikasi, teknologi PTT bersifat
spesifik lokasi dan diterapkan secara partisipatif. Selama ini, dalam penerapan
PTT, petani dan petugas bersama-sama ke lapangan untuk mengidentifikasi permasalahan
dan memilih komponen teknologi yang akan diterapkan untuk memecahkan
permasalahan tersebut, sesuai dengan keinginan petani dan kondisi lingkungan
setempat. Bimbingan dan pendampingan secara intensif oleh pihak yang kompeten
diperlukan agar petani dapat menerapkan PTT dengan benar.
Melalui SL-PTT Kedelai pada tahun 2012 diharapkan akan
dicapai produksi kedelai sebesar diatas 2 ton/ha tersebar di 7 (tujuh) kelompok
tani Kecamatan Kalidawir dari Desa Pakisaji, Salakkembang, Domasan, Karangtalun
dan Kalidawir.
Untuk menambah pengalaman dan wawasan, para pemandu SL-PTT
disarankan membaca publikasi yang terkait dengan PTT, seperti petunjuk teknis
PTT Kedelai, deskripsi varietas kedelai dan masalah hama/penyakit serta hara
kedelai yang diterbitkan oleh Balitkabi maupun institusi kompeten lainnya.
5.
BAHAN
BACAAN
Deptan,
Dirjen Tanaman Pangan.2007.Percepatan Bangkit Kedelai.
Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementan Republik Indonesia.go.id
Tempo.com.Produksi
Kedelai tahun ini turun 8 persen. Jakarta 1 Nopember 2012
Tempo.com.Kejar
Swasembada,disiapkan lahan kedelai baru.Jkt 22 Okt 2012
SL-PTT
Kedelai Kelompoktani Kec.Kalidawir.DIPERTA Tulungagung,2012
6.
FOTO
DARI LAPANG (DOKUMENTASI KEGIATAN)
Gambar 1. Pengamatan agroekosistem di
lahan petani masing-masing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar